CIMAHI, SURAT KABAR – Kepulangan Riyan Setiaputra (30), Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Cimahi, dari Myanmar disambut haru oleh keluarganya di kediaman mereka di Jalan Cihanjuang No. 18, Cibabat, Cimahi Utara. Setelah tujuh bulan penuh tekanan, Riyan berhasil kembali ke rumahnya setelah terjebak dalam sindikat kerja ilegal yang bermula dari tawaran sahabat dekatnya.
Berangkat dengan harapan bekerja sebagai admin kripto di Thailand dengan gaji Rp11 juta per bulan, Riyan tidak menyangka tawaran itu akan membawanya ke dalam situasi yang berbahaya. Ia berangkat bersama 21 orang lainnya, termasuk 10 dari Jawa Barat.
"Saya ditawari teman dekat. Dia bilang semua biaya ditanggung dan pekerjaan akan legal setibanya di sana," tutur Riyan.
Namun, setibanya di Thailand, Riyan mulai curiga karena hanya dibekali visa turis. Kecurigaan itu terjawab ketika ia dan rombongan dibawa ke Mae Sot, kemudian menyeberangi sungai menuju Myanmar di bawah pengawalan tentara separatis bersenjata.
"Saat itu saya belum tahu kalau sudah berada di Myanmar. Baru sadar setelah melihat suasana di Myawaddy," ungkapnya.
Riyan mengaku dipaksa menjalani pelatihan menjadi scammer di kawasan penipuan yang dulunya adalah hutan.
"Saya harus mempelajari script untuk menipu korban melalui Facebook atau aplikasi kencan," jelasnya.
Kegagalan menarik uang dari korban berujung pada pemindahan divisi hingga penyiksaan fisik.
Keadaan semakin memburuk ketika laporan mereka ke pemerintah Indonesia bocor akibat mata-mata yang juga berasal dari Indonesia.
"Kami dijatuhi hukuman berat. Disekap, dipukul, dan diminta membayar denda Rp500 juta per orang," ujarnya sambil mengenang masa kelam itu.
Setelah 44 hari proses identifikasi sebagai korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Chiang Rai, Thailand, Riyan akhirnya bisa pulang.
Namun, meski bebas, luka fisik dan trauma akibat penyiksaan masih membekas. "Saya dipukul dengan bambu kuning di bagian tubuh yang tak terlihat," katanya dengan suara bergetar.
Riyan menegaskan bahwa ia mengikuti tawaran itu bukan karena tergiur gaji besar, tetapi karena kepercayaannya pada sahabat dekatnya.
Kini, ia berharap kisahnya menjadi pelajaran bagi orang lain agar lebih berhati-hati terhadap tawaran kerja di luar negeri.