CIMAHI, SURAT KABAR – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi telah memulai upaya pemulihan psikologis terhadap anak-anak korban longsor Bukit Cibogo Living (BCL) yang diakibatkan oleh robohnya tembok penahan tanah di Perumahan Mandalika Residence.
Trauma mendalam masih dirasakan oleh anak-anak, terutama saat mendengar suara keras atau getaran, meski mereka telah dievakuasi ke tempat aman.
Kepala DP3AP2KB Cimahi, Fitriani Manan, mengungkapkan bahwa anak-anak sering mengalami ketakutan ekstrem saat mengenang peristiwa tersebut.
"Ketika mengingat kejadian itu, beberapa korban langsung panik dan histeris," ujar Fitriani di Kantor P2TP2A Pemkot Cimahi, Senin (14/10/24).
Sebanyak 13 kepala keluarga terdampak dari bencana longsor ini, dan anak-anak termasuk kelompok yang paling rentan. Menurut Fitriani, asesmen awal sudah dilakukan untuk mengukur tingkat trauma yang dialami para korban sebelum menentukan terapi yang tepat.
"Kami sedang melakukan asesmen untuk menentukan apakah terapi dilakukan secara individu atau kelompok," tambahnya.
Psikolog Klinis dari P2TP2A, Yukie Agustia, menjelaskan bahwa pemulihan psikologis para korban, terutama anak-anak, memerlukan waktu yang panjang. Selain anak-anak, para orang tua juga dilaporkan masih dihantui kecemasan tentang keselamatan keluarga mereka.
"Bukan hanya anak-anak yang perlu pemulihan, orang tua mereka pun mengalami kecemasan yang mendalam," ujar Yukie.
DP3AP2KB bersama tim psikolog terus memantau kondisi para korban dan merencanakan langkah-langkah lanjutan, termasuk upaya mengembalikan anak-anak ke sekolah.
Namun, banyak anak-anak masih trauma dan enggan kembali ke sekolah karena kenangan buruk yang mereka alami selama kejadian.
"Trauma healing akan memakan waktu yang cukup panjang, terutama bagi anak-anak yang kondisinya masih sangat rentan," tutup Yukie.