Panen Karya di SMKN 3 Cimahi, Tampilkan Kreativitas Siswa dengan Menghidupkan Kearifan Lokal
CIMAHI, SURAT KABAR - Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda, SMKN 3 Cimahi menggelar Panen Karya yang mengusung kreativitas siswa dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada siswa kelas 10 dan 11.
Acara ini menampilkan beragam karya siswa yang memadukan unsur kearifan lokal dengan modernitas, serta melibatkan lima jurusan di sekolah tersebut.
Ketua Pelaksana Peringatan Bulan Bahasa dan P5 di SMKN 3 Cimahi, Nur Inda, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk melestarikan budaya Sunda sekaligus mendorong kreativitas siswa.
“Dari P5 sendiri mengambil tema kearifan lokal, jadi nanti anak-anak harus berkarya sesuai dengan kontingen. Tema ini diangkat berkaitan dengan Bulan Bahasa, khususnya untuk melestarikan bahasa Sunda,” ujarnya saat ditemui di sekolah, Senin (28/10).
Acara tersebut memperlihatkan kolaborasi antarjurusan dalam bentuk teater kolosal yang menggunakan tiga bahasa, yaitu Sunda, Inggris, dan Indonesia.
“Narasinya harus dalam bahasa Inggris, puisinya dalam bahasa Indonesia, dan ada kawih dalam bahasa Sunda. Ini cara kami untuk mendorong siswa lebih mencintai budaya daerahnya,” kata Nur Inda.
Tidak hanya penampilan teater, siswa juga berinovasi dalam membuat kostum dari bahan daur ulang, seperti gaun yang dibuat dari kertas bekas dan plastik. Seluruh persiapan, mulai dari konsep hingga eksekusi karya, dilakukan sendiri oleh siswa, sementara guru hanya berperan sebagai pembimbing dan penilai.
"Guru hanya membimbing dan menilai. Aspek yang dinilai meliputi kemampuan bernalar kritis, gotong royong, dan kreativitas,” tambah Nur Inda.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kreativitas, tetapi juga upaya untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal di tengah gempuran modernitas.
“Harapan saya, anak-anak bisa lebih mencintai budaya daerah mereka, terutama Sunda, yang saat ini mulai tergerus oleh budaya modern,” tutup Nur Inda.
Salah satu siswa, Adinda Rizka (15) dari jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), ikut serta dalam pembuatan kostum berbahan daur ulang.
Meski bukan dari jurusan busana, Adinda dan teman-temannya berkontribusi dengan ide kreatif mereka.
“Kami membuat gaun dari kertas bekas dan kostum untuk karakter domba dari bahan kresek. Alur ceritanya tentang Noni Belanda yang tertarik pada budaya Indonesia karena sangat luar biasa,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa seluruh proses pembuatan kostum hanya memakan waktu satu hari.
Selain itu, Virsah Sabilla (16) dari kelas 10 MP 2 yang menyumbangkan suaranya dalam seni kawih, mengungkapkan bahwa meskipun bukan berasal dari keturunan Sunda, ia berhasil menguasai kawih berkat latihan yang intens.
“Awalnya kesulitan, tapi dengan mendengarkan terus-menerus akhirnya bisa. Saya sebenarnya dari Palembang, tapi sejak SMP saya suka kawih, dan guru saya melihat bakat itu,” katanya dengan penuh semangat.