CIMAHI, SURAT KABAR – Pemerintah telah menghimbau pembatasan pengiriman sampah ke TPA Sarimukti untuk menghindari overload. Oleh karena itu, pemilahan sampah dari sumbernya kini semakin ditekankan.
Di Kota Cimahi sendiri, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menargetkan pengurangan pengangkutan sampah dari 37 ritase menjadi 17 ritase pada November 2024. Salah satu yang turut mengelola sampah secara mandiri adalah Apartemen The Edge Cimahi.
Humas Apartemen The Edge, Uwa, menjelaskan bahwa awalnya pengelolaan sampah dilakukan dengan bekerja sama bersama DLH Pemkot. Namun, karena keterbatasan kendaraan dan berbagai faktor lain, mereka memutuskan untuk menghentikan kerja sama tersebut dan mengelola sampah secara mandiri.
"Dulu kami serahkan ke DLH Pemkot, tapi karena ada keterbatasan kendaraan dan kendala lain untuk pengangkutan sampah, kami memutuskan untuk menghentikan kerja sama dan mulai mengelola sampah sendiri. Misalnya, kami membuat kompos. Namun, untuk sampah yang tidak bisa diuraikan atau diolah, kami tetap harus membuangnya," ujar Uwa saat ditemui di kantornya, Selasa (15/10/24).
Untuk menangani sampah yang tidak bisa diolah sendiri, Uwa menyebut, pihak apartemen menggandeng perusahaan pengelola sampah mandiri. Perusahaan tersebut memisahkan sampah organik dan anorganik secara sistematis.
"Pengurangan sampah di sini sudah dilakukan dengan pemilahan sejak tahun 2022," jelas Uwa.
Menurut Uwa, sampah dari apartemen diangkut dan dikelola oleh pihak ketiga karena apartemen tidak memiliki lahan yang memadai untuk pengolahan sampah secara mandiri.
"Sampah diangkut oleh pihak ketiga yang memiliki anggota yang bertugas memilah sampah. Data menunjukkan bahwa pada bulan Juli, sampah yang dikirim keluar sebanyak 12.275 kg, turun menjadi 9.680 kg pada bulan Agustus, dan 9.430 kg pada bulan September," tambahnya.
Uwa juga menekankan bahwa setelah sampah diambil oleh pihak ketiga, pengelolaannya menjadi tanggung jawab mereka. Pihak apartemen hanya menyediakan sampah untuk dikelola oleh perusahaan tersebut.
"Jumlah sampah di sini tidak terlalu banyak, paling meningkat saat akhir pekan karena ada pendatang. Namun, pada hari-hari biasa, apartemen cenderung kosong," katanya.
Uwa mengungkapkan bahwa pengelolaan sampah mandiri dilakukan karena Pemkot mengalami keterbatasan kendaraan untuk pengangkutan sampah. Daripada sampah menumpuk dan menimbulkan bau, mereka memilih bekerja sama dengan pihak ketiga.
"Dulu saya sempat mencoba mengelola sendiri dengan membuat kompos di belakang apartemen, tapi tetap tidak semua sampah bisa diolah," ungkapnya.
Selain menjalin kerja sama dengan pihak ketiga, pihak apartemen memastikan bahwa sampah yang disalurkan adalah sampah yang memang harus dibuang, seperti tisu basah dan popok yang sulit diuraikan.
"Pemerintah Kota Cimahi juga telah mengirimkan surat edaran terkait pengelolaan sampah secara mandiri. Namun, karena keterbatasan lahan, kami diminta untuk sementara mengelola sampah sendiri," jelas Uwa.
Uwa berharap pemerintah dapat memberikan dukungan dalam pengelolaan sampah, terutama karena keterbatasan alat dan lahan menjadi hambatan utama dalam pengelolaan mandiri.
"Kami berharap ada tempat pengolahan sampah yang memadai untuk menampung dan mengelola sampah secara optimal," katanya.
Menurut Uwa, masyarakat umumnya enggan untuk mengolah sampah lebih lanjut, meskipun pemilahan sampah sudah dilakukan.
"Kalau hanya memilah mungkin bisa, tapi untuk mengolahnya, itu yang sulit," tutupnya.