CIMAHI, SURAT KABAR – Seni kawih Sunda, yang dulu menjadi salah satu warisan budaya kebanggaan Jawa Barat, kini mulai dilirik oleh generasi muda di tengah arus modernisasi yang tak terbendung.
Namun, apa yang membuatnya lebih istimewa adalah ketika seorang gadis dari luar Sunda, seperti Virsah Sabilla (16), siswi SMKN 3 Cimahi, justru menemukan kecintaannya terhadap seni ini dan berusaha melestarikannya.
Virsah, yang berasal dari keluarga Palembang, tidak memiliki ikatan darah atau budaya dengan Sunda. Namun, ketertarikannya pada seni kawih bermula dari sebuah tugas sekolah.
Tanpa diduga, tugas sederhana ini mengubah pandangan hidupnya dan membuka jalan baru dalam perjalanannya mengenal budaya lokal.
"Saat itu, ada tugas di pelajaran Bahasa Sunda. Kami harus merekam suara saat ngawih (menyanyikan kawih) dan mengirimnya kepada guru. Siapa sangka, dari tugas itu, saya langsung diminta mengikuti lomba oleh guru Bahasa Sunda," cerita Virsah saat ditemui oleh Surat Kabar di sekolahnya pada Selasa (29/10/2024).
Meskipun tak memiliki latar belakang seni Sunda, Virsah mulai merasakan keakraban dengan nada-nada kawih.
Bakat yang awalnya terpendam mulai bersinar, berkat dorongan dari gurunya yang melihat potensi besar di dalam dirinya. Tak hanya itu, dukungan dari keluarga juga memberikan semangat tambahan meski pada awalnya mereka terkejut dengan kemampuannya.
"Orang tua saya sempat kaget. Kami asli Palembang dan nggak ada yang tahu soal Sunda. Tapi ketika mereka mendengar saya bisa ngawih, mereka bilang, 'Oh, bisa juga ya!'" ungkapnya sambil tersenyum.
Namun, jalan Virsah untuk menguasai kawih tidak semudah itu. Ia menghadapi tantangan besar terutama dalam hal teknik menyanyi.
Suaranya yang serak sering menjadi hambatan ketika harus mencapai nada tinggi, sesuatu yang menjadi ciri khas kawih Sunda.
"Waktu pertama kali latihan, nadanya lumayan sulit. Nada kawih Sunda itu tinggi, sedangkan saya lebih nyaman di nada rendah," jelasnya.
Meskipun demikian, Virsah tidak menyerah. Ia terus berlatih dengan tekun, berharap suatu hari dapat tampil dengan lebih percaya diri.
Berkat latihan yang konsisten dan tekad kuat, Virsah mulai menunjukkan perkembangan. Ia tak hanya ikut serta dalam lomba-lomba di sekolah, tetapi juga di berbagai tingkat kompetisi di Cimahi.
Setiap tantangan yang dihadapi membuatnya semakin termotivasi untuk mendalami seni kawih, meskipun masih banyak hal yang perlu diperbaiki.
"Insyaallah, kalau teknik saya sudah lebih matang, saya ingin terus berlatih dan berusaha jika ada kesempatan," ucapnya penuh optimisme.
Perjalanan Virsah dalam mendalami kawih Sunda menjadi cerminan bahwa seni tradisional tidak mengenal batasan etnis atau budaya.
Semangatnya yang tinggi dalam mempelajari budaya lokal, meski berasal dari latar belakang yang berbeda, patut menjadi contoh bagi generasi muda lainnya.
"Saya berharap apa yang saya lakukan ini bisa menginspirasi teman-teman seusia saya untuk ikut melestarikan seni budaya lokal," tuturnya penuh harapan.
Di tangan anak-anak muda seperti Virsah, harapan untuk mempertahankan kekayaan budaya Sunda tetap hidup dan terus berkembang, terlepas dari gempuran zaman dan perubahan budaya.