Cimahi, SURAT KABAR - Untuk mengurangi volume sampah dari hulu, Pemerintah Kota Cimahi berencana untuk mengoptimalkan program pemilahan sampah yang melibatkan pelaku industri dan masyarakat rumah tangga.
Saat ini, hanya sekitar 30 persen penduduk Cimahi yang telah melakukan pemilahan sampah.
Agar program ini lebih efektif, diperlukan peningkatan dalam sosialisasi, edukasi, pendampingan, dan penyediaan infrastruktur yang memadai.
"Kami akan memperkuat penanganan sampah dari sektor hulu dengan mendorong praktik pemilahan. Masyarakat akan dilatih dan diberikan fasilitas untuk pengomposan serta pembuatan lubang biopori agar sampah organik tidak masuk ke Tempat Penampungan Akhir (TPA). Proses ini tidak bisa instan dan memerlukan waktu untuk membiasakan diri," kata Chanifah Listyarini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, saat dihubungi pada Minggu (13/10/2024).
Chanifah menjelaskan bahwa produksi sampah harian di Kota Cimahi mencapai 226 ton, di mana 50 persen merupakan sampah organik, sedangkan sisanya terdiri dari sampah yang dapat didaur ulang dan residu.
Sembari menunggu optimalisasi di sektor hulu, DLH akan menerapkan pengelolaan di sektor tengah, yakni dengan memastikan bahwa pengangkutan sampah yang dilakukan sudah dipilah dengan baik. Ia menambahkan, petugas pengangkut harus memastikan sampah yang diangkut sudah terpilah.
"Jika diperlukan, kita bisa membuat jadwal khusus untuk setiap jenis sampah, seperti mengangkut organik pada satu hari, diikuti dengan anorganik dan residu di hari berikutnya. Kami juga mendorong pihak swasta untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri, karena beberapa sudah berjalan dengan baik," tambahnya.
Di sektor hilir, DLH Kota Cimahi berencana mengoptimalkan operasional Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Santiong yang terletak di Kelurahan Cipageran.
TPST ini menghasilkan Refuse Derived Fuel (RDF) atau pelet sampah. Sejak mulai beroperasi pada April 2024, TPST baru mampu menangani 15 ton sampah per hari dari target awal 50 ton.
"Kapasitas TPST Santiong adalah 50 ton per hari. Kami akan memaksimalkan operasionalnya agar sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti hanya berupa residu. Saat ini, TPST hanya menangani 15 ton per hari karena program pemilahan belum sepenuhnya berjalan. Jika ini semua berjalan sesuai rencana, kami optimis pengangkutan sampah bisa turun menjadi 17 ritase pada bulan November mendatang," ujar Chanifah.
Upaya pengurangan volume sampah ini merupakan respon terhadap pembatasan pengiriman sampah ke TPA Sarimukti oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. DLH Kota Cimahi menargetkan pengurangan jumlah ritase dari 37 menjadi 17 pada November 2024.
Pembatasan ini diterapkan untuk empat daerah di Bandung Raya guna menghindari kelebihan beban di TPA Sarimukti, yang setiap harinya menerima 1.750 ton sampah dengan 267 ritase.
Rincian pembatasan mencakup pengurangan ritase untuk Kota Bandung dari 170 menjadi 140, Kabupaten Bandung dari 70 menjadi 40, Kota Cimahi dari 37 menjadi 17, dan Kabupaten Bandung Barat dari 20 menjadi 17 ritase.
"Kami telah menyiapkan strategi pengurangan sampah dengan pendekatan yang komprehensif, mencakup hulu, tengah, dan hilir," tutup Chanifah.