CIMAHI, SURAT KABAR – Sosialisasi pembiasaan mengonsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA) rutin diselenggarakan oleh Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi.
Program ini diharapkan mampu menumbuhkan kebiasaan di kalangan anak-anak dan keluarga untuk selalu mengonsumsi pangan B2SA guna membangun generasi sehat dan kuat menuju Indonesia Emas 2045.
Kepala Dispangtan Kota Cimahi, Tita Maryam, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bukan hanya fokus pada gerakan pangan murah, tetapi juga mencakup pembagian bibit cabai secara gratis.
"Kami berupaya membiasakan masyarakat menanam cabai dan memelihara dengan baik. Seperti yang dilakukan di Pemkot Cimahi dan Ekowisata, kami juga mengadakan sosialisasi mengenai keanekaragaman makanan lokal," ujarnya, Senin (21/10/24).
Tita mencontohkan singkong sebagai bahan pangan lokal yang kaya gizi. “Singkong bisa diolah menjadi lumpia singkong dan bubur singkong, keduanya memiliki kandungan gizi lengkap,” jelasnya.
Hal serupa disampaikan oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Saepulloh. Ia menekankan pentingnya sosialisasi B2SA untuk membentuk kebiasaan sehat pada anak-anak.
"Namun, kebiasaan ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa pembiasaan di rumah,” katanya.
Saepulloh berharap para siswa yang mengikuti sosialisasi dapat menyampaikan kebiasaan B2SA kepada keluarga mereka di rumah.
“Yang sulit itu menjaga konsistensi, karena butuh usaha dan waktu yang tidak sedikit. Prinsipnya, dimulai dari hal kecil dan dimulai dari sekarang,” tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa pencapaian generasi hebat 2045 tidak bisa dilakukan secara parsial.
"Kita butuh kolaborasi dan partisipasi dari berbagai pihak," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian dan Perikanan Dispangtan Kota Cimahi, Mita Mustikasari, menyebutkan bahwa pihaknya juga mengajarkan berkebun dan edukasi peternakan kepada siswa di berbagai sekolah.
“Latar belakangnya adalah keprihatinan kami atas lambatnya regenerasi petani,” ujarnya.
Mita menilai bahwa minimnya edukasi terkait pertanian membuat generasi muda, terutama pelajar, kehilangan minat terhadap bidang ini.
"Ketika ditanya, tak ada satu pun dari anak-anak yang ingin menjadi petani. Ini mungkin karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya pertanian,” ungkapnya.
Oleh karena itu, melalui program "Sekolah Bertani" di 13 Sekolah Dasar dan 7 Sekolah Menengah Pertama, Dispangtan berupaya memperkenalkan dunia pertanian kepada anak-anak.
Kegiatan ini juga ditargetkan menjadi aktivitas keluarga, di mana siswa dapat menularkan kebiasaan berkebun di rumah.
“Banyak anak-anak yang tidak menyukai sayur dan buah. Dengan berkebun, kami berharap mereka akan lebih menyukai sayur dan buah hasil panen mereka sendiri,” tutupnya.