CIMAHI, SURAT KABAR – Debat publik perdana Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cimahi 2024 yang digelar pada Minggu (27/10/2024) di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi, mendapat kritik dari berbagai pihak, terutama dari pengamat politik dan pemerintahan Unjani, Arlan Siddha.
Ia menilai debat tersebut berlangsung kurang tertib dan minim gagasan substansial, sehingga gagal memberikan pemahaman yang mencerahkan bagi masyarakat Cimahi.
Menurut Arlan, jalannya debat sering terganggu oleh sorakan dan teriakan pendukung pasangan calon (paslon), yang menciptakan suasana tidak kondusif bagi para calon untuk menyampaikan pandangannya dengan baik.
"Debat ini terlalu berisik, suasananya tidak terkendali. Untung tidak dibubarkan, tetapi pernyataan para paslon terganggu oleh teriakan-teriakan dari pendukung," ungkap Arlan ketika dikonfirmasi pada Selasa (29/10/2024).
Ia juga menyoroti perlunya tindakan lebih tegas dari KPU Kota Cimahi untuk mengatur ketertiban para pendukung.
Arlan menyarankan agar moderator memberikan sanksi atau bahkan menghentikan debat sementara hingga suasana lebih tenang dan terkontrol.
Selain kebisingan, insiden interupsi dari pendukung paslon terkait atribut kampanye juga mencuri perhatian dan seharusnya dapat dihindari.
"Seharusnya insiden ini bisa dicegah dengan adanya briefing yang jelas sebelum debat," ujarnya.
Masalah lain yang tak luput dari kritik Arlan adalah durasi waktu yang terlalu singkat untuk menjawab pertanyaan, yakni hanya 45 hingga 90 detik.
Menurutnya, waktu yang terbatas ini membuat para calon tidak bisa menguraikan gagasan secara mendalam, dan jawaban yang disampaikan menjadi kurang berbobot.
“Waktu yang disediakan terlalu singkat, sehingga para paslon tidak bisa mengelaborasi gagasannya. Jawaban mereka jadi terkesan terburu-buru dan tidak mampu memberi pencerahan bagi masyarakat,” tambah Arlan.
Namun, Ketua KPU Kota Cimahi, Anzhar Ishal Afryand, menyatakan bahwa pelaksanaan debat sudah sesuai aturan. Menurutnya, kendala teknis seperti ini biasa terjadi dan akan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan di debat berikutnya.
“Jika ada kendala teknis, itu wajar terjadi. Kami akan jadikan ini bahan evaluasi untuk penyelenggaraan debat berikutnya,” ujar Anzhar.