SURAT KABAR - Amerika Serikat dengan tegas menolak ancaman yang disampaikan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terhadap Lebanon.
Netanyahu sebelumnya memperingatkan bahwa Lebanon akan mengalami kehancuran dan penderitaan serupa dengan Gaza jika rakyat Lebanon tidak mengusir kelompok Hizbullah. Pernyataan ini mendapat reaksi keras dari pemerintah AS.
Juru Bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Lebanon berubah menjadi zona konflik seperti Gaza.
"Kami tidak dapat dan tidak akan membiarkan Lebanon berubah menjadi Gaza lainnya. Itu bukan yang kami inginkan."
Pernyataan ini muncul setelah Netanyahu merilis video berbahasa Inggris di platform media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter).
Dalam video tersebut, Netanyahu mengajak rakyat Lebanon untuk "membebaskan diri dari Hizbullah" atau mereka akan menghadapi "jurang perang panjang yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti yang terjadi di Gaza."
Situasi di Gaza sendiri terus memburuk, dengan konflik yang berkepanjangan antara Israel dan kelompok Hamas.
Netanyahu berupaya memperingatkan Lebanon agar tidak mengikuti jejak serupa.
Namun, ancaman ini menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut mengenai meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Pemerintah AS terus mendorong dialog dan penyelesaian damai untuk menghindari konflik berskala besar di wilayah tersebut.
Meskipun demikian, hubungan antara Israel dan Lebanon tetap dalam keadaan tegang, terutama dengan kehadiran Hizbullah, yang dipandang Israel sebagai ancaman utama di perbatasan utara mereka.
Sikap AS yang menentang retorika agresif Netanyahu ini menunjukkan upaya diplomasi untuk menjaga stabilitas kawasan, serta mencegah terjadinya perang yang lebih luas dan berdampak negatif bagi Lebanon dan rakyatnya.