SURAT KABAR - Musik telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, mulai dari relaksasi hingga menemani aktivitas kerja. Banyak orang percaya bahwa mendengarkan musik bisa meningkatkan konsentrasi dan produktivitas, tetapi apakah hal ini didukung oleh fakta ilmiah?
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik dapat membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk bekerja. Musik instrumental, misalnya, sering dipilih karena dianggap tidak mengganggu alur pikiran.
Jenis musik ini dianggap mampu merangsang otak, terutama dalam tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi, seperti menulis atau analisis data.
Musik dengan tempo sedang, seperti klasik atau lo-fi beats, banyak diandalkan karena bisa menenangkan pikiran tanpa membebani kognisi.
Namun, tidak semua jenis musik memiliki efek yang sama. Beberapa studi memperingatkan bahwa musik dengan lirik yang kompleks dapat mengganggu pemrosesan informasi di otak.
Lirik dapat menarik perhatian dan mengalihkan fokus dari pekerjaan, terutama dalam tugas-tugas yang melibatkan kata-kata, seperti membaca atau menulis.
Oleh karena itu, preferensi jenis musik sangat personal dan dapat bervariasi antar individu.
Salah satu teori yang menjelaskan efek positif musik terhadap produktivitas adalah "Mozart Effect". Teori ini mengklaim bahwa mendengarkan musik klasik, khususnya karya-karya Mozart, dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Meski demikian, efek ini masih diperdebatkan dalam lingkup akademis.
Selain itu, bagi sebagian orang, musik dapat memicu motivasi dan semangat. Genre musik upbeat, seperti EDM atau pop, sering kali dipilih untuk memberikan energi ekstra dalam menyelesaikan tugas-tugas berat. Di sisi lain, ada juga yang merasa lebih fokus dalam suasana yang tenang tanpa musik.
Jadi, peran musik dalam meningkatkan produktivitas sangat bergantung pada preferensi individu dan jenis tugas yang dikerjakan. Untuk beberapa orang, musik bisa menjadi sahabat dalam bekerja, sementara bagi yang lain, keheningan justru lebih mendukung kinerja optimal.