Perjuangan Abah Sukabat Berjualan Rujak Keliling Demi Nafkahi Keluarga (Foto Istimewa) |
SURAT KABAR, CIMAHI – Di sudut jalan Kota Cimahi, di bawah terik matahari yang menyengat, Abah Subakat, seorang kakek berusia 64 tahun, berdiri teguh menjual rujak beubek.
Setiap hari, ia menghadapi panas dan lelah demi memenuhi kebutuhan keluarganya, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya dengan tekad yang tak pernah pudar.
"Alhamdulillah, walaupun kadang berat, saya harus tetap berusaha. Anak dan cucu saya butuh saya," ucap Abah dengan suara penuh semangat.
Baca Juga: Cimahi Luncurkan Operasi Pasar Si Besti untuk Stabilkan Harga Beras dan Kebutuhan Pokok
Meskipun mata tuanya memancarkan keletihan yang mendalam. Perjalanan hidup Abah Subakat adalah perjalanan yang penuh liku.
Sebelum beralih menjadi penjual rujak, ia telah menjalani berbagai profesi, dari seorang sales elektronik hingga bekerja di bagian laundry Hotel Alexis di Jakarta. Namun, kondisi ekonomi yang tak stabil memaksanya untuk mencari alternatif lain.
Kisah transisi Abah dari penjual es tebu ke penjual rujak bebek mencerminkan ketangguhan dan keuletannya.
"Kalau musim hujan datang, jualan tiwu sepi sekali," kenangnya.
Usahanya berpindah ke Garut untuk mempelajari cara membuat rujak bebek akhirnya membuahkan hasil, dan Abah menemukan panggilan hidupnya di sana. Di Subang, ia mulai memiliki lapak rujak sendiri.
"Lapak itu saya berikan kepada keponakan saya ketika saya pindah ke Cimahi," ujarnya dengan senyum lembut.
Meskipun baru lima bulan berjualan di Cimahi, Abah telah mengarungi berbagai kota dengan gerobaknya dari Indramayu, Jogja, hingga Pekanbaru dan harus berhenti sejenak akibat pandemi Covid-19.
"Tahun ini saya kembali ke Cimahi, di sinilah saya mencoba bangkit lagi," tuturnya dengan semangat yang tak pudar.
Penghasilannya bervariasi, dengan rata-rata sekitar Rp. 400 ribu rupiah per hari selama weekdays dan mencapai Rp. 600 ribu di akhir pekan. Namun, biaya operasional yang dikeluarkan cukup besar, antara Rp. 200 hingga Rp. 400 ribu per hari. Meski demikian, Abah tetap bersyukur atas apa yang didapatnya.
Dengan tiga anak dan tiga cucu yang menjadi sumber kekuatan dan motivasinya, Abah terus berjuang meskipun usia semakin menua.
"Selama saya masih kuat, saya akan terus berjualan," tegasnya.
Kini, ia tinggal di kos kecil di Bobojong, Kelurahan Utama, sambil terus berjuang di bawah terik matahari Cimahi.
Abah Subakat adalah contoh nyata dari pengorbanan dan cinta seorang kakek yang rela melakukan apa saja demi keluarganya. Di balik setiap potongan buah yang ia sajikan, tersembunyi kisah tentang harapan dan dedikasi yang tulus untuk orang-orang tercintanya.